Kartosuwiryo itu terus melawan Belanda

Berikut ini petikan tanya jawab dengan Pramoedya Ananta Toer (alm.), yang dimuat dalam buku Menuju Demokrasi: Politik Indonesia dalam Perspektif Sejarah (2001), karya Baskara T. Wardaya, SJ.:

[Tanya]: “Berapa orang pemimpin pemberontakan melawan Soekarno yang kemudian dihukum mati? Selain Soumokil dari RMS dan Kartosuwiryo dari Darul Islam (DI), apa Bung Pram tahu yang lain?”

[Jawab]: “Siapa ya, tidak ingat saya. Kalaupun ada, tak banyak. Tentang Kartosuwiryo itu belum pernah ada yang menyelidiki sampai ke akarnya. Kenapa timbul DI? Dan juga kenapa timbul pemberontakan Madiun, 1948? Keduanya berkaitan. Persoalan intinya adalah karena di bidang militer Siliwangi itu menyerah begitu saja kepada Belanda di Jawa Barat. Kemudian ia masuk ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Terus di situ Siliwangi melakukan provokasi sampai terjadi apa yang dikatakan sebagai Pemberontakan 1948.

‘Pemberontakan 1948’ itu sendiri sebetulnya merupakan kabut asap, sebagai nama untuk menutupi penyerahan Jawa Barat kepada Belanda tanpa perang, tanpa upacara. Nah, karena penyerahan Siliwangi itu orang Jawa Barat kehilangan kepercayaan pada TNI, sehingga timbullah DI. Mereka inilah yang justru terus melawan Belanda. Mereka tidak pernah bekerjasama dengan Belanda. Kartosuwiryo itu terus melawan Belanda. Tahun 1930-an saja dia sudah bergerak melawan Belanda.”

[Tanya]: “Apakah Kartosuwiryo itu pemimpin rakyat?”

[Jawab]: “Memang dia lahir di kalangan rakyat dan besar di kalangan rakyat, di Sulang, Rembang, Jawa Tengah. Tapi saya hanya bisa ngomong begitu saja lho ya, soalnya saya tak punya literatur di tangan. Jadi dasarnya ingatan saja. Saya kan bukan sarjana. Ha…ha…ha…!”

~ o 0 o ~

Sumber:
Baskara T. Wardaya, SJ (ed.). “Penindasan dan Perlawanan: Pramoedya Ananta Toer tentang sejarah politik, kebudayaan, dan delapan ekor ayam.” Menuju Demokrasi: Politik Indonesia dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: Gramedia, 2001. Hal. 21 – 132.

Baca juga:
Supersemar, Kudeta Khas Indonesia
Perang yang Bukan untuk Menang
Menelusuri Perjalanan Jihad S. M. Kartosuwiryo

What do you think?