Orang-Orang Jenius


Dulu, waktu SMP di Bangli (suatu daerah pegunungan di Bali), beruntung saya pernah sekelas dengan seorang jenius, yang kini fotonya dipajang di tembok gedung Depdiknas bersama foto makhluk-makluk jenius lainnya. Itu karena dia adalah anak Indonesia yang pertama kali membawa pulang medali emas di Olimpiade Fisika Internasional. Waktu itu di Italia, tahun 1999. Menyusul kemudian penghargaan The First Step to Nobel Prize yang dia terima dari Institut Fisika Polandia.

Dialah Agus Wirawan.

Sebenarnya ada dua nama I Made Agus Wirawan di kelas kami waktu itu. Maka wali kelas kami dengan asal melabeli nama mereka dengan “A” dan “B”, supaya gampang kalo dipanggil tak perlu nengok dua-duanya. Yang jenius itu Agus A.

Alkisah selama semester pertama di SMP, saya yang duduk manis di bangku paling depan tidak terlalu menyadari kehadiran Agus A. Dia itu anak yang tidak populer yang duduk di bangku pojok paling belakang. Kecil pula perawakannya. Sama sekali tidak menonjol.

Kalau ada acara siapa-bisa-tunjuk-tangan-dan-berteriaklah, Agus A tak pernah kedengaran suaranya. Juga kalau ada adegan siapa-merasa-pintar-maju-ke-depan, Agus A juga tak muncul. Jelas dia itu bukan tipe banci tampil.

Bagaimanapun, semester pertama di SMP mengesankan buat saya karena waktu itu saya penyandang juara satu. Momen juara kelas yang pertama dan terakhir yang saya alami. :p

Saya sudah amat jumawa ketika di semester berikutnya wali kelas kami (yang kebetulan guru Matematika) mengumumkan bahwa ada seorang anak di kelas kami yang selalu mendapat nilai 10 untuk ulangan Matematika dan Fisika. Selalu. Setiap kali ulangan. Baik yang quiz bulanan, maupun ulangan umum. Tapi karena nilai tingginya tidak merata di semua pelajaran, jadinya dia cuma mendapat peringkat ke-3 di kelas. Itulah Agus A.

Serentak Agus A menjadi anak yang paling populer saat pelajaran Matematika / Fisika. Pagi-pagi, kalau hari itu ada PR Matematika / Fisika, Agus A menjadi most wanted guy untuk dicontek PR-nya. Karena jawabannya selalu benar. Selalu. Setiap kali.

Cuma seringkali para pencontek itu (termasuk saya sang mantan -dan selalu hanya mantan- juara kelas) kena batunya kalau disuruh menjelaskan caranya oleh guru. Karena seperti tipikal anak jenius, Agus A suka membuat cara-cara penyelesaian soal yang tidak pernah diajarkan guru. Berbagai caralah dia variasikan. Sayangnya, kalau Agus A kami minta menjelaskan atau mengajarkan, kata-katanya tidak pernah jelas buat kami. Tipikal anak jenius, rumit nian pemikirannya.

Beranjak SMU, saya dan Agus A bertemu lagi di sekolah yang sama, meski beda kelas. Memang tidak banyak pilihan SMU di Bangli yang mungil. Dan walaupun namanya tak ada lagi yang menyamai, tetap saja saya mengingatnya sebagai Agus A.

Agus A cukup tersohor di SMU karena sekali lagi dia membuat teman-teman di sekelilingnya ditegur guru karena ketahuan asal mencontek.

Sampai kemudian, di penghujung ujian akhir, terdengar kabar heboh yang diumumkan saat upacara bendera hari Senin. Ya itu tadi, dia jadi anak Bangli, Indonesia, pertama yang menggondol medali emas di Olimpiade Fisika tingkat dunia. Hal yang waktu itu tidak repot-repot saya bayangkan. Tidak heran, karena nilai 10-nya yang konstan itu pasti berarti sesuatu. Ya memang dia jenius. Yang membuat saya iri waktu itu hanyalah karena Agus A pernah ke Italia. Huhuhu.

Tapi ada pula yang memacu saya sejak itu untuk lebih rajin belajar lagi. Rupanya latar belakang keluarga Agus A tidaklah begitu spesial. Bukan dari keluarga berada. Agus A juga tidak pernah les sempoa, atau les-les canggih lainnya. Dia hanya suka belajar di rumah, kerap sambil tengkurep, karena tak tersedia meja belajar.

Saya ingat, waktu itu punya tiga meja belajar di rumah, peninggalan keempat kakak saya. Saya baru saja berniat meminta pada orang tua satu lagi meja belajar yang akan resmi milik saya -bukan turunan- tapi akhirnya tidak jadi. Malu.

…dalam TOFI 1999 kami menemukan satu anak yang sangat berbakat, Made Agus Wirawan dari sebuah desa di Bangli, Bali. Agus anak seorang pemahat. Dia sangat rajin dan cerdas. Soal-soal sulit pun dapat dikerjakannya dengan baik. Kami melihat dirinya punya potensi untuk menjadi juara.

Yohanes Surya

Cerita Lintang, tokoh based on true story yang diceritakan Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi, senantiasa mengingatkan saya pada si anak ajaib Agus Wirawan. Sedih sangat saya oleh akhir kisah Lintang, dan bersyukur demi kisah Agus A yang tidak harus demikian. Dia berkesempatan menempuh pendidikan di California Institute of Technology.

Teringat pula akan tokoh fiktif yang diciptakan Matt Damon dan Ben Afflect di film Good Will Hunting. Will Hunting ini, orang yang ketika kejeniusannya diketahui orang, ia malah mangkir dan tak mau memanfaatkan kecerdasannya sama sekali. Ia menyebabkan banyak psikiater menyerah, banyak ilmuan kecewa, dan seorang sahabat marah besar. Semuanya lantaran, dibanding harus menjadi jutawan dengan cara mudah (cuma mengutak-atik angka), Will Hunting lebih memilih membanting tulang -dalam artian sebenarnya- sebagai tukang batu.

Dan akhirnya, yang dikejarnya dalam hidup bukanlah uang, bukan pula ilmu pengetahuan. Tapi cinta. Akhir yang romantis.

Sedang bagaimana dengan Agus A kini, apa yang sedang ia kejar saya tak tahu. Saya kehilangan jejaknya. Entah di mana anak itu berada. Saya hanya berharap dia baik-baik saja. Dengar-dengar dia bergabung di Lembaga Penelitian Fisika Indonesia dan bertindak sebagai pembimbing adik-adik generasi pelanjutnya.

Well, I’m so proud of him.

Yohanessurya.com: Detik-detik Kemenangan Made Agus Wirawan

19 thoughts on “Orang-Orang Jenius

  1. Wah, pernah sebangku dengan Agus ya?
    Waktu SMA giliran saya sebangku sama dia selama 2 tahun.
    Untung ada dia, kalo gak bisa2 gak lulus SMA saya, hehehehehehe…………..
    Salam kenal

    Like

  2. a true story yang menggerakkan hati banget.sebenarnya saya sedang iseng nyari situs pendaftaran asian science camp 2009,tapi hasilnya nihil.iseng pula menghadiri situs yohanessurya.com,lagi2 iseng ngedapetin nama “made agus wirawan”.saya baru aja lulus dari sman 1 gianyar,bangli cuma 2 km aja dari sini.tapi kagetnya ini untuk yang pertama kali saya mendengar nama agus wirawan.tidak pernah terlintas di benak saya bahwa ada orang bali yang sejenius itu dan berkesempatan studi di california,AS.sebenarnya saat kelas 2 sma saya pernah ikut olimpiade fisika tk kabupaten,tapi sayangnya ga lolos ke provinsi dan dapet ranking ke 16, he..malu banget kalo ngebayangin prestasi emas yang sudah ditoreh Kak Agus.merasakan semangat belajarnya saja sudah mampu menyesakkan hati ada aja orang2 tangguh yang bersemangat baja dan bersikap benar dalam menjalani kehidupan yang relatif sulit. saya pikir menjadi anak yang tumbuh di keluarga yang apa adanya akan membuat mereka menyerah pasrah pada keadaan, tapi yang saya cermati dari sosok Agus, benar2 orang yang menghargai masa hidupnya dengan menjalani kewajibannya dengan tekun. karena saya percaya jenius saja tidak akan cukup mengantarkan seseorang pada gerbang kesuksesan. mendengar kisah ini, saya ingat bagaimana saya menghabiskan masa smp saya. well, saya adalah siswa yang antusias berusaha menyeimbangkan teori dan praktek saat pelajaran di kelas berlangsung,tipikal murid yang akan mengangkat tangan untuk; menulis jawaban di papan,menjawab pertanyaan guru terutama sekali jika tidak ada satu pun murid yang tau jawabannya apa kecuali saya,menjawab pertanyaan diskusi,mengajukan pertanyaan dan pendapat.yang jelas saat smp saya jarang berbuat onar. saat tahun pertama smp saya habiskan semester pertama dengan mempelajari buku matematika dan fisika yang sedikit banyak telah membantu saya mengerti pelajaran di sekolah.berhubung sistem kbk,kurikulum baru telah diterapkan sejak tahun pertama,nilai raport ga hanya berasal dari ulangan tapi juga dari keaktifan siswa selama pelajaran. saya jadi bertanya2 seandainya waktu saya lebih banyak untuk belajar secara detail dan sedalam Kak agus, mungkinkah saya bisa sepertinya meraih prestasi Internasional dalam hidup saya?? he..ngarep banget!!saya mungkin aja nangis waktu gagal dapet tiket ke provinsi untuk olimpiade fisika, tapi saya saat itu berpikir positif untuk sejenak menghibur diri, mungkin ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk bisa menjadi lebih berharga bagi komunitas dan ekosistem di sekitar saya. saat ini mungkin saya iri sekali dengan kak agus ..biaslah kecemburuan sosial antara junior kepada snior, saat mengetik kalimat ini saya terlalu narsis menyebutnya senior, tapi karena sama2 dari bali, mm..tak apalah..?! saya hanya berharap orang langka seperti ini bisa lebih dikenal masyarakat umum di tanah kelahirannya, Bali. saya rasa orang tekun seperti ini bisa memberi semangat yang lebih bagi murid 2 disini, dan membuka pandangan orang bahwa siapapun bisa meraih kesuksesan tanpa mempedulikan status sosial( kaya atau miskin pertanyaan itu seharusnya sudah basi). karena yang saya rasakan saat ini bukannya tidak mungkin ada agus ariawan lan di daerah tertentu di bali yang punya bakat emas tinggal dipoles sedikit dan diberi sejumput motivasi untuk melompat lebih jauh ke masa depan yang lebih bersinar sebagai pribadi yang tangguh dan membuat semua orang yang pernah mengenalnya bangga akan keberadaannya dalam hidup mereka.. oh ya,sebenarnya saya merasakan sekali keteguhan Kak Agus selama masa pendidikannya di Bali, saya tahu bagaimana keadaan geografis bangli pada umumnya,pola pikir masyarakat bangli pada umumnya,pemetaan pekerjaan masyarakat bangli pada umumnya, dan tentu saja pendidikan di bangli meski orang gianyar. saya pernah menonton di tvri, menonton adalah hobi kedua favorit saya setelah membaca, terutama acara yang berbau sains dan dunia, ada siswa bangli yang meraih olimpiade fisika diluar negeri saat itu sinyal analog tvri sedang terganggu, jadi saya tidak tahu yang sedang diliput itu siapa, mungkin itu Kak agus atau pemuda tangguh bali lainnya yang semangat menimba ilmu di masa mudanya. jujur saya ingin sekali menjadi orang yang lebih baik dalam hidup saya serta meraih prestasi setinggi Kak Agus, bagi saya kak agus adalah sosok yang hebat melalui bacaan di web ini saya berharap berkesempatan untuk bisa bertemu langsung suatu hari nanti. ahh.. susah sekali mengeluarkan kata2 yang tepat untuk mengambarkan perasaan saya saat ini, yang terasa dalam hati suasana sesak haru dan cemburu, rasanya aku juga ingin pergi ke luar negeri dan pulang ke tanah air mebawa penghargaan tinggi. aku harap aku bisa.. saat ini saya sudah diterima di unud di fk lewat tes pmdk. saya mohon doa untuk bisa melakukan yang terbaik bagi diri saya dan semua orang yang telah memberi dukungan dan doa. saya tahu dan sadar bahwa perjanan saya masih panjang dan jauh tapi saya berharap besar pada kehidupan yang dianugerahkan Tuhan kepada saya, dan saya ingin melakukan sesuatu yang benar dimata-Nya sepenuh hati saya, saya ingin sekali menjadi seorang dokter dan tentu saja berkesempatan melakukan banyak hal yang baik dan suatu saat bisa menginspirasi orang seperti Made Agus Ariawan dan mengoleksi pengalaman berprestasi tinggi. yah.. itulah mimpi saya, mungkin kelihatannnya sangat tidak berhubungan dengan Kak Agus, tapi keberadaannya melalui jaringan internet telah menjadi katalis yang baik dalam reaksi berpikir saya akan makna kehidupan saya.saya tahu saya belumlah apa2 dibandingkan dengan orang2 diluar sana, tapi saya percaya pada keajaiban.. saya harap saya bisa mencapai impian saya dengan kerja keras, ketekunan, dan keyakinan pada kemampuan diri. untuk Kak Agus, salam kenal, saya Dyah Laksmi dari gianyar. saya harap bisa berkomunikasi suatu saat ( mohon email address ato apapuan untuk di kontak)

    suksma.
    (balinese for terima kasih)

    Like

  3. Putu Dyah Laksmi Dewi,
    Terima kasih komentarnya. Dari cerita kamu, aku kebayang banget apa saja yang sudah kamu lewati. Kamu itu orang hebat. Nggak semua orang lho yang punya pemikiran2 dan harapan2 yang begitu positif seperti yang aku baca dari kamu.
    Barangkali kamu tak seperti Agus, tentu saja karena kamu memang bukan dia, tapi aku yakin pencapaian2 kamu juga sudah luar biasa. Aku juga jadi iri sama kamu jadinya… hehe…

    Sukses terus ya… kejar terus impian kamu!

    Like

  4. Saya adalah hasil didikan Ka Agus. Saya sangat berterima kasih karena bisa bertemu dan di ajar olehnya.

    Semua yang digambarkan di tulisan ini adalah nyata dan sangat mengesankan! Saya terharu dan bangga karena hasil didikan ka Agus, saya dapat melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat dan akan wisuda bulan desember tanggal 12 2009 di bidang Rocket Science.

    Septinus George Saa
    2nd Indonesian to win The First Step to Nobel Prize in Physics 2004.
    Florida, Amerika Serikat.

    Like

  5. Terima kasih ya Septinus dan Anike apresiasinya terhadap tulisan ini…

    Selamat ya Septinus sudah lulus kuliah Rocket Science. Bagi-bagi ilmunya untuk anak bangsa Indonesia, ok…

    Like

  6. Oh ya? wow… senangnya bertemu kalian semua yang hebat2 di sini… Semoga nanti aku punya anak bisa kayak kalian… he2x…

    Teruskan ya perjuangannya di bidang sains!! Indonesia bisa maju karena kalian!!

    Like

  7. wah… hebat… saya adalah fans berat agus wirawan,… skarang saya baru kelas 3 SMP… saya sekolah di SMP 1 Bangli. saya ingin melanjutkan di SMA 1 Bangli… saya adalah keponakan dari Bapak Ida Bagus Made Mertha (Kepala sekolah SMA 1 Bangli waktu Kak Agus Wirawan SMA)… saya ingin tahu biografi dari Kak Agus…. kalau ada info,,, hubungi sya ya…
    trims…

    Like

  8. Wah, sampaikan salam saya buat Pak Ida Bagus Made Mertha ya! Saya juga fans berat beliau! Betul-betul nggak terlupakan bagaimana suksesnya beliau dulu memimpin SMA 1 Bangli. Tegas, kadang terkesan galak, tapi juga sangat menyelami jiwa anak muda. Keren sekali Pak Ida Bagus.

    Ngomong2, beliau bertugas di mana sekarang??

    Like

    1. Beliau sekarang menjabat Dinas Pendidikan Provinsi Bali sebagai Kepala Bidang Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK).

      Kalau boleh saya tahu, Anda ini siapa…?

      Like

      1. Oh… ya tentu saja. Beliau sangat representative untuk menjabat posisi tersebut. Saya dulu murid beliau di SMA. Lulusnya tahun 99 šŸ™‚

        Like

  9. bonekarusia,
    melanjutkan post saya yang lama, saya sudah selesai S1 di Florida, AS dan sekarang sudah di Indonesia bekerja di tanah sendiri Papua.

    Seperti wish sebelumnya, memang benar disini (indonesia) saya membantu memberikan arahan buat ade2 di bangku SMA/SMP juga kuliah agar tetap semangat dan percaya kalau semua adalah bisa (everything is possible)

    Salam,
    George
    Papua
    (Juga didikan K Agus)

    Like

  10. Pingback: 2010 in review « Boneka Ketujuh

What do you think?